Internet dan New Media

Kamis, 16 Oktober 2014

Pengertian & Fungsi Bisnis

Definisi, Tujuan Dan Fungsi Bisnis



Sejauh mana berbagai sumber daya telah dimanfaatkan di dalam kegiatan ekonomi. Apabila seluruh sumber daya telah dimanfaatkan keadaan ini disebut full employment. Sebaliknya bila masih ada sumber daya yang belum dimanfaatkan berarti perekonomian dalam keadaan under employment atau terdapat pengangguran/belum berada pada posisi kesempatan kerja penuh.

Sejauh mana perekonomian dalam keadaan stabil khususnya stabilitas di bidang moneter. Apabila nilai uang cenderung menurun dalam jangka panjang berarti terjadi inflasi. Sebaliknya terjadi deflasi.
Sejauh mana perekonomian mengalami pertumbuhan dan pertumbuhan tersebut disertai dengan distribusi pendapatan yang membaik antara pertumbuhan ekonomi dan pemerataan dalam distribusi pendapatan terdapattrade off maksudnya bila yang satu membaik yang lainnya cenderung memburuk.

Dalam pemahaman yang sederhana bisnis adalah kegiatan/aktifitas mencari uang dan bisa menguntungkan, ini sesuai dengan kata bisnis diserap dari bahasa Inggris “business” berarti kesibukan, kesibukan yang berorientasi pada profit/ keuntungan. Produsen dan orang-orang yang bergerak dalam kegiatan bisnis berhasil membuat keuntungan dan memperbesar nilai bisnisnya yang makin lama makin meningkat.

Banyak sekali definisi bisnis, Hughes dan Kapoor mendefinisikan sebagai kegiatan usaha individu yang terorganisasi untuk menghasilkan dan menjual barang dan jasa guna mendapatkan keuntungan dalam memenuhi kebutuhan masyarakat.

Huat, T Chwee sebagaimana dikutip Amirullah mendefinisikan bisnis sebagai suatu sistem yang memproduksi barang dan jasa untuk memuaskan kebutuhan masyarakat kita. Dengan mengambil definisi ini berarti setiap tindakan yang diambil dalam bisnis berakibat pada suatu sistem sosial yang lebih besar. Sistem bisnis berhubungan dengan sistem politik, sistem ekonomi dan sistem hukum.
Tujuan bisnis adalah untung, bisnis merupakan kegiatan ekonomis yang di dalamnya kegiatan tukar-menukar, jual-beli, memproduksi dan memasarkan, belanja-mempekerjakan dan interaksi manusia lainnya. Semuanya dengan maksud memperoleh untung. Keraf menguraikan pandangan ideal motif berbisnis, bisnis adalah kegiatan untuk memproduksi, menjual dan membeli barang serta jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Jadi tujuan utama berbisnis bukanlah mencari keuntungan, melainkan melayani kepentingan masyarakat. Keuntungan adalah simbol kepercayaan masyarakat atas kegiatan bisnis yang dilakukan.

Sebagai aktifitas sosial bisnis tidak lepas dari tiga sudut pandang yang berbeda, yaitu; sudut pandang ekonomi, hukum dan etika. Dari ketiga sudut pandang tersebut kita bisa mengukur bisnis yang baik dengan tolok ukur masing-masing. Secara ekonomis, bisnis adalah baik, kalau menghasilkan laba. Secara hukum, bisnis adalah baik, jika diperbolehkan oleh sistem hukum. Untuk menentukan baik tidaknya bisnis dari sudut pandang moral relatif lebih sulit, setidaknya ada tiga macam tolok ukur: hati nurani, kaidah emas dan penilaian masyarakat umum.

Fungsi sebuah bisnis bisa dilihat dari dua sisi, dari fungsi mikro dan makro. Fungsi mikro bisnis dipandang sebagai kemampuan aktivitas bisnis dalam memberikan kontribusinya kepada pihak-pihak yang berperan secara langsung terhadap proses penciptaan nilai (creation of value).
Sedangkan fungsi makro bisnis dapat dipandang sebagai kemampuan aktivitas bisnis dalam memberikan kontribusinya kepada pihak-pihak yang terlibat secara tidak langsung dalam pembentukan dan pengendalian bisnis. Pihak yang dimaksud adalah (a) masyarakat sekitar perusahaan, (b) bangsa dan negara.

Aspek – Aspek Bisnis:
•             Kegiatan individu dan kelompok
•             Penciptaan nilai
•             Penciptaan barang dan jasa
•             Keuntungan melalui transaksi



Karakteristik Sistem Bisnis
•             Kompleksitas & keanekaragaman
•             Saling ketergantungan
•             Perubahan daninovasi

Secara garis besar ilmu ekonomi dapat dipisahkan menjadi dua yaitu ilmu ekonomi mikro dan ilmu ekonomi makro.
1. Ekonomi Makro

Ilmu ekonomi makro mempelajari dan menganalisa kegiatan ekonomi secara agregat (keseluruhan). Variabel-variabel tersebut antara lain : pendapatan nasional, kesempatan kerja dan atau pengangguran, jumlah uang beredar, laju inflasi, pertumbuhan ekonomi, maupun neraca pembayaran internasional.
Ilmu ekonomi makro dikembangkan oleh ekonom berkebangsaan Inggris, John Maynard Keynes, melalui bukunya “ The genaral Theory of Employment, Interest, and money “

Ilmu ekonomi makro mempelajari masalah-masalah ekonomi utama sebagai berikut :
Manfaatnya adalah seorang pengamat ekonomi tidak akan bisa memberikan pendapat dan alasan mengenai keadaan perekonomian dengan baik bila tidak memhami aspek-aspek yang dibahas dalam ekonomi makro. Berbagai aspek yang dibahas dalam makro ekonomki seperti pendapatn nasional, pertumbuhan ekonomi, dan neraca pembayaran merupakan alat pengamat penting harus dimiliki.Oleh karena itu, bila kita ingin mengulas perekonomian dengan baik kita perlu mempelajari ekonomi makro.

2. Ekonomi Mikro
Sementara ilmu ekonomi mikro mempelajari variabel-variabel ekonomi dalam lingkup kecil misalnya perusahaan, rumah tangga.

Ilmu ekonomi mikro dikembangkan oleh Adam Smith berkebangsaan Inggris. Adam Smith dianggap sebagai Bapak Ilmu Ekonomi, karena orang yang pertama kali mengemabangkan ilmu ekonomi mikro.
Dalam ekonomi mikro ini dipelajari tentang bagaimana individu menggunakan sumber daya yang dimilikinya sehingga tercapai tingkat kepuasan yang optimum. Secara teori, tiap individu yang melakukan kombinasi konsumsi atau produksi yang optimum bersama dengan individu-individu lain akan menciptakan keseimbangan dalam skala makro dengan asumsi ceteris paribus.

Manfaat mempelajari ekonomi mikro adalah kita dapat melakukan penghematan (efesiensi) dalam penggunaan SDA yang terbatas, selain itu kita juga tahu cara-cara mencapai kepuasan maksimum dalam penggunaan SDA yang terbatas.

Studi Kasus Pada Bank Bca

Jakarta, 5 Maret2014 – PT Bank Central Asia Tbk (IDX: BBCA) mengumumkan pencapaian kinerja usaha dan keuangan yang solid selama tahun 2013 dengan laba bersih tercatat sebesar Rp 14,3 triliun, meningkat 21,6% dibandingkan Rp 11,7 triliun di tahun 2012. Pendapatan bunga bersih meningkat 24,4% menjadi Rp 26,4 triliun, ditopang oleh yield aset produktif yang lebih tinggi dan pertumbuhan kredit yang berkelanjutan. Marjin Bunga Bersih (NIM) naik sebesar 60 bps menjadi 6,2% di 2013 dari 5,6% di tahun 2012. Pada saat yang sama, pendapatan operasional lainnya tumbuh 14,4% menjadi Rp 7,3 triliun didukung oleh kenaikan pendapatan provisi dan komisi sebesar 15,7%.

Pendapatan operasional (total pendapatan bunga bersih dan pendapatan operasional lainnya) meningkat 22,1% menjadi Rp 33,7 triliun di tahun 2013 dari Rp 27,6 triliun di tahun 2012. Kuatnya profitabilitas telah mendukung pertumbuhan modal yang kokoh, dengan rasio kecukupan modal (CAR) meningkat menjadi 15,7% di 2013 dari 14,2% di 2012.

Presiden Direktur BCA, Jahja Setiaatmadja, mengungkapkan bahwa, “Pada tahun yang diwarnai dengan tren positif yang berkelanjutan dalam situasi ekonomi dan bisnis yang tidak menentu, saya melaporkan bahwa BCA berhasil membukukan hasil kinerja operasional dan keuangan yang kokoh dengan tetap fokus untuk memberikan dukungan secara konsisten dan terpercaya kepada para nasabah, baik kepada nasabah transaksi maupun debitur BCA.”

BCA mencatat pertumbuhan kredit di semua segmen dengan total kredit meningkat 21,6% menjadi Rp 312,3 triliun di tahun 2013 dibandingkan dengan tahun 2012. Pada tahun 2013, BCA menerapkan prinsip kehati-hatian dengan memperketat kebijakan dan kriteria pemberian kredit di tengah kondisi perekonomian yang tidak menentu. Rasio kredit bermasalah (NPL) tetap berada pada level yang cukup rendah yaitu 0,4% dengan rasio cadangan yang memadai sebesar 408,7% per Desember 2013. 

Portofolio kredit BCA terdiversifikasi dengan komposisi kredit korporasi sebesar 33,0% sedangkan komposisi kredit komersial & UKM dan kredit konsumer masing-masing sebesar 39,2% dan 27,8%. Rasio kredit terhadap dana pihak ketiga (LDR) BCA meningkat menjadi 75,4% di tahun 2013 dari 68,6% di 2012.


Kredit korporasi tercatat sebesar Rp 103,1 triliun, naik 21,5% year on year, sedangkan kredit komersial dan UKM meningkat 18,8% menjadi Rp 122,3 triliun. Kredit konsumer mencapai Rp 87,0 triliun pada tahun 2013, meningkat 26,2% dari tahun 2012 ditopang oleh pertumbuhan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dan Kredit Kendaraan Bermotor (KKB). Portofolio KPR tumbuh 26,7%, dari Rp 41,8 triliun menjadi Rp 52,9 triliun sementara KKB naik 28,7% dari Rp 20,7 triliun menjadi Rp 26,6 triliun pada akhir tahun 2013.

Dari segi pendanaan, pertumbuhan dana pihak ketiga tercatat sebesar 10,6% menjadi Rp 409,5 triliun. Dana giro dan tabungan (CASA) naik Rp 25,6 triliun atau 8,6% menjadi Rp 322,9 triliun per 31 Desember 2013. Saldo CASA berkontribusi sebesar 78,9% terhadap total dana pihak ketiga. Dana tabungan meningkat menjadi Rp 219,7 triliun, naik 9,4%, sedangkan giro tumbuh 6,9% menjadi Rp 103,2 triliun. Sementara itu, dana deposito meningkat Rp 13,6 triliun atau 18,6% menjadi Rp 86,6 triliun per 31 Desember 2013. Pertumbuhan dana deposito ini sejalan dengan kenaikan suku bunga deposito secara bertahap sejak Mei 2013 yang merupakan langkah proaktif BCA dalam menawarkan suku bunga deposito yang lebih atraktif di tengah ketatnya likuiditas sektor perbankan. Pada tahun 2013, secondary reserves tercatat sebesar Rp 56,8 triliun.

Jahja Setiaatmadja menyatakan, “BCA tetap yakin bahwa aset perbankan akan terus tumbuh di tahun 2014 meskipun dengan tingkat yang lebih moderat dibandingkan tahun 2013. Sektor perbankan Indonesia memiliki permodalan yang memadai untuk menghadapi pelemahan ekonomi jangka menengah. Kami optimis bahwa ketika perekonomian kembali mendapatkan momentum yang lebih tinggi, BCA akan berada pada posisi yang kuat untuk memperoleh berbagai peluang bisnis.”

Referensi :
  • Buchari Alma dan Donni Juni Priansa, Manajemen Bisnis Syariah, (Bandung: Alfabeta, 2009). Amirullah dan Imam Hardjanto, Pengantas Bisnis, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2005).
  • esuprianto.blogspot.com/2011/11/definisi-bisnis-dan-pengertian-bisnis.html
  • http://www.bca.co.id/id/about/hubungan-media/2014_Mar_05_Mempertahankan_Kinerja_yang_Solid/2014_Mar_05_Mempertahankan_Kinerja_yang_Solid.jsp
  • farischarming.wordpress.com/2012/03/20/ekonomi-makro-dan-mikro/


Tidak ada komentar: